Di balik citranya sebagai pulau terpadat dan pusat ekonomi, Pulau Jawa menyimpan sebuah ancaman krisis yang senyap namun mematikan: krisis air bersih. Kombinasi dari populasi yang terus membengkak, industrialisasi yang masif, dan dampak perubahan iklim telah memberikan tekanan luar biasa pada sumber daya air. Tanpa perbaikan fundamental dalam tata kelola air, Jawa berisiko menghadapi kelangkaan air yang parah di masa depan.
Penyedotan Air Tanah yang Tak Terkendali
Salah satu akar masalah terbesar adalah eksploitasi air tanah yang berlebihan dan tidak terkendali, baik oleh industri maupun rumah tangga. Penyedotan masif ini menyebabkan penurunan muka tanah yang ekstrem, terutama di kota-kota pesisir seperti Jakarta dan Semarang, yang pada gilirannya memperparah risiko banjir rob dan intrusi air laut ke dalam akuifer air tawar.
Pencemaran Sungai dan Waduk
Kualitas air permukaan di Pulau Jawa juga berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Banyak sungai besar, seperti Citarum, yang tercemar berat oleh limbah industri dan domestik, membuatnya tidak layak untuk dikonsumsi atau bahkan untuk irigasi. Pencemaran ini secara drastis mengurangi ketersediaan sumber air baku yang dapat diolah oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Solusi Mendesak: Konservasi dan Infrastruktur
Mengatasi ancaman krisis air ini membutuhkan pendekatan dua arah. Dari sisi hulu, diperlukan upaya konservasi daerah tangkapan air yang serius, seperti reforestasi dan pembangunan sumur resapan. Dari sisi hilir, pemerintah harus mempercepat pembangunan infrastruktur air bersih, seperti bendungan baru, modernisasi jaringan irigasi, dan yang terpenting, perluasan cakupan layanan air perpipaan untuk mengurangi ketergantungan pada air tanah.
Intisari:
- Ancaman Krisis: Pulau Jawa menghadapi risiko krisis air bersih yang serius akibat tekanan populasi, industri, dan iklim.
- Akar Masalah: Eksploitasi air tanah yang berlebihan dan tingkat pencemaran sungai yang tinggi menjadi penyebab utama.
- Dampak Berantai: Krisis air menyebabkan penurunan muka tanah, banjir rob, dan mengurangi ketersediaan air baku.
- Solusi Holistik: Diperlukan kombinasi antara konservasi di hulu dan pembangunan infrastruktur air bersih di hilir.

